Tafsir As-Sa'id menafsirkan QS.Al-Baqarah : 232)
"Beriman kepada kebangkitan dan pembalasan merupakan dasar bagi KEBAIKAN hati, dasar bagi KEINGINAN kepada kebaikan dan ketakutan dari keburukan di mana keduanya adalah dasar seluruh kebaikan.
Adullah bin Rawahah Menangis seraya mengatakan, "Satu ayat turun yang di dalamnya Rabb-ku mengabarkan kepadaku bahwa aku akan memasuki Neraka, sementara Dia tidak mengabarkan kepadaku bahwa aku datang (keluar) darinya. Itulah yang membuatku menangis.
Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda tentang JISR (jembatan), Yakni menyerupai jalan yang licin, di atasnya ada burung menyambar-nyambar dan jangkar-jangkar besi, pipih dan tipis, memiliki duri-duri tajam seperti yang terdapat di Najd, disebut duri Sa'daan. Seorang mukmin bisa berjalan di atasnya laksana kilat, ada juga yang secepat angin, ada yang seperti kiuda tunggangan terbaik. Ada yang selamat tanpa kurang suatu apapun, ada yang selamat namun oenuh luka-luka cakaran dan ada juga yang terjerumus ke dalam Naar. Sampai yang paling terakhir di antara mereka terpaksa diseret-seret. (Diriwayatkan dalam Ash-Shaih oleh Muslim: I/117. Abu Sa'id berkata: "Aku pernah mendengar bahwa titian itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang."
"Beriman kepada kebangkitan dan pembalasan merupakan dasar bagi KEBAIKAN hati, dasar bagi KEINGINAN kepada kebaikan dan ketakutan dari keburukan di mana keduanya adalah dasar seluruh kebaikan.
Adullah bin Rawahah Menangis seraya mengatakan, "Satu ayat turun yang di dalamnya Rabb-ku mengabarkan kepadaku bahwa aku akan memasuki Neraka, sementara Dia tidak mengabarkan kepadaku bahwa aku datang (keluar) darinya. Itulah yang membuatku menangis.
Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda tentang JISR (jembatan), Yakni menyerupai jalan yang licin, di atasnya ada burung menyambar-nyambar dan jangkar-jangkar besi, pipih dan tipis, memiliki duri-duri tajam seperti yang terdapat di Najd, disebut duri Sa'daan. Seorang mukmin bisa berjalan di atasnya laksana kilat, ada juga yang secepat angin, ada yang seperti kiuda tunggangan terbaik. Ada yang selamat tanpa kurang suatu apapun, ada yang selamat namun oenuh luka-luka cakaran dan ada juga yang terjerumus ke dalam Naar. Sampai yang paling terakhir di antara mereka terpaksa diseret-seret. (Diriwayatkan dalam Ash-Shaih oleh Muslim: I/117. Abu Sa'id berkata: "Aku pernah mendengar bahwa titian itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang."
Shirat dibentangkan di atas Neraka Jahanan, ia adalah jembatan antara surga dan neraka. (1) Manusia melewatinya sesuai dengan amal perbuatan mereka, di antara mereka ada yang melaluinya sekejap mata, ada yang melaluinya seperti kilat, ada yang melaluinya seperti angin, ada yang melaluinya seperti kuda kencang, ada yang melaluinya seperti menunggang unta, ada yang melaluinya dengan berlari, ada yang melaluinya dengan berjalan, dan ada yang melaluinya dengan merangkak, (2) di antara mereka ada yang disambar (3) lalu dilemparkan ke Jahanam (4) karena di jembatan itu terdapat besi pengait yangmenyambar manusia sesuai dengan amalnya. Siapa yang berhasil melewati sirath, dia masuk surga. Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, 183)
KETERANGAN
(1) Sirath di bentangkan di atas Neraka Jahanam, ia adalah jembatan antara Surga dan Neraka
Para ulama berbeda pendapat tentang sifatnya. Di antara mereka ada yang berkata, ia adalah jalan yang luas yang dilalui oleh manusia berdasarkan amal perbuatanmua, karena petunjuk kata sirat secara bahasa adalah ini. Di samping itu Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam telah memberitakan bahwa ia adalah jalan licin yang membuat orang terpeleset dan tergelincir (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab Qauluhu Ta'ala, "Wujuhuy Yaumaidzin Nadhirah")
Diantara ulama ada yang berkata, Ia adalah jalan yang sangat kecil sebagaimana dalam hadist yang di riwayatkan Muslim dengan lafazh Balaghona (telah sampai pada kami) dari Abu Sa'id al-Khudri (Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, 183)
Berdasarkan pendapat kedua maka muncul pertanyaan: Bagaimana melewati jalan seperti ini?
Perkara Akhirat tidak bisa di qiyaskan dengan perkara dunia, Allah SWT Mahakuasa atas segala sesuatu, kita tidak mengetahui bagaimana mereka menyeberanginya ? Apakah secara bersama-sama atau satu-satu.
Seseorang tidak bisa memastikan salah satu dari kedua pendapat tersebut karena masing-masing memiliki pandangan yang kuat.
Ucapan penulis "Terbentang di atas Neraka Jahanam" Yakni di atas neraka itu sendiri.
(2) Ucapan Penulis "Manusia Melewatinya" yang dimaksud dengan manusia di sini adalah orang-orang yang beriman, karena orang-orang kafir telah digiring ke Neraka.
kemampuan manusia melewatinya sesuai dengan penerimaan syariat di dunia ini, siapa yang cepat dalam menerima apa yang dibawa oleh para rasul, maka dia akan melalui sirath dengan cepat, dan siapa yang lambat, maka dia pun melaluinya dengan lambat pula, sebagaimana balasan yang adil dan balasan itu sesuai dengan amal perbuatan.
(3) Ucapan Penulis "Diantara mereka ada yang disambar," Yakni diambil dengan cepat oleh besi-besi pengait yang ada di jembatan yang menyambar manusia sesuai dengan perbuatannya.
(4) "lalu dilemparkan ke Jahanam" Neraka para pelaku dosa sama dengan Neraka dimana orang-orang kafir juga dilemparkan ke dalamnya, hanya saja azabnya tidak sama dengan azab orang-orang kafir, bahkan sebagian ulama berkata, neraka itu dingin dan memberi keselamatan kepada mereka sama dengan api yang dingin dan memberikan selamat kepada Ibrahim, akan tetapi yang nampak tidaklah demikian, ia tetap panas dan menyakitkan, tetapi panasnya tidak sama dengan panasnya api neraka untuk orang-orang kafir.
Kemudian anggota sujud tidak disentuh oleh api neraka, sebagaimana hal itu diriwayatkan secara shahih dari Nabi Shallalahualaihi wa Sallam dalam ash-Shahihain, yaitu, kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua kutut, dan ujung-ujung kedua kaki (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, kitab at-Tauhid, no 7437; dan Muslim, Kitab al-Iman, no. 182)
(5) Ucapan Penulis "Siapa ynag berhasil melewati sirath, dia masuk surga" karena dia selamat.
Apabila mereka telah melewatinya, maka mereka berhenti di jembatan di antara surga dan neraka (1) lalu dilakukan qishash dari sebagian untuk sebagian yang lain. (2) Apabila mereka telah disucikan dan dibersihkan, mereka diizinkan masuk surga (3)
KETERANGAN
(1) "Jembatan" Akan tetapi, ia merupakan jembatan kecil. Dan dimaksud dengan jembatan adalah jalan di atas air sungai ataupun lainnya.
Ulama berbeda pendapat tentang jembatan ini, apakah ia ujung dari jembatan yang terbentang di atas Neraka Jahanam atau jembatan tersendiri? Yang benar dalam hal ini adalah dengan mengatakan, wallahu a'lam.
(2) Qishash ini bukan qishash pertama yang terjadi di Arashat Kiamat, karena qishash ini lebih khusus yaitu untuk menghilangkan kebencian, kedengkian, dan keirian yang ada di hati manusia, ia sebagai pembersih dan pencuci hal itu, karena apa yang ada di hati tidak lenyap hanya dengan qishash semata.
Jembatan di antara surga dan neraka ini untuk membersihkan apa yang ada di dalam hati sehingga mereka masuk surga dengan hati tanpa kebencian, sebagaimana Firman Allah SWT
"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan." (QS.Al-Hijr:47)
(3) "Apabila mereka telah disucikan dan dibersihkan, mereka diizinkan masuk surga" Bagitulah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari hadist Abu Sa'id al-Khudri RA (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid/7439)
Apabila permusuhan dan kebencian yang ada di dalam hati mereka telah dibersihkan dan disucikan, maka mereka diizinkan untuk masuk surga, pada saat itu mereka mendapati pintunya dalam keadaan tertutup, akan tetapi Nabi Shallalahu Alaihi Wa sallam memohon kepada Allah agar syafa'at beliau diterima untuk membuka pintu surga bagi mereka.
Sumber :
Syarah Aqidah Wasithiyah oleh Syikhul Islam Ibnu Taimiyah - Pustaka Safira
Perjalanan Ke Akhirat - Pustaka Ibnu Umar
Syarah Aqidah Wasithiyah oleh Syikhul Islam Ibnu Taimiyah - Pustaka Safira
Perjalanan Ke Akhirat - Pustaka Ibnu Umar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar