Pemikiran Islam atau fikroh Islamiyyah hingga hari ini masih banyak dipakai di kalangan kaum muslimin dalam tulisan-tulisan dan pembicaraan mereka. Mereka membuat opini bahwa kitab-kitab salaf hanya berlaku pada zamannya dan tidak relevan dengan zaman sekarang sehingga tibullah wadah mereka sendiri yaitu JIL
Fatwa Ulama Tentang Pemikiran Islam
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin
Agama Bukanlah pemikiran melainkan wahyu dari Alloh yang Dia turunkan kepada para rosul-Nya sehingga hamba-Nya berjalan di atasnya.
Yang dihindari adalah pemakaian istilah 'fikr Islam' (pemikiran Islami) KARENA MAKNAnya kita jadikan islam sebagai suatu pemikiran yang bisa diterima dan ditolak. Ini adalah bahaya yang besar yang dimasukkan kepada kita oleh musuh tanpa kita sadari. ISLAM adalah SYARI'AT Alloh dan bukan pemikiran Makhluk
Syaikh Bakar bin Abdulloh Abu
Al-Fikru (pemikiran) adalah ar-ro'yu (pendapat) karena pemikiran adalah hasil olah akal manusia dan ar-ro'yu (pendapat) tercela dalam agama kecuali dalam masalah-masalah ijtihad bagi oraang-orang yang memiliki kemampuan istinbath dan ijtihad.
Adapun jika orang yang mengikuti ro'yu (pendapat)nya dan menyodorkan pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum tanpa ilmu samasekali maka hal ini tidak bisa diterima. Bahkan inilah yang dilarang dalam agama
Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam dua kitab Shohih dari Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash RA bahwasanya Rosululloh Shallalahu alaihi Wa Salam bersabda:
"Sesungguhnya Alloh tidaklah mencabut ilmu begitu saja dari dada-dada para ulama tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan para ulama, hingga ketika tidak tersisa seorang yang berilmu maka manusia mengambil pemimpin-pemimpin yang bodoh mereka berfatwa dengan ro'yu mereka, mereka sesat dan menyesatkan"
Realita yang ada banyak orang-orang yang mengaku mampu mengartikan al-qur'an tetapi hanyalah kemampuan berdasarkan akal dan pengalaman mereka, tak jarang mereka menukil ayat-ayat al-qur;an untuk menunjang kesesatan mereka.
Umar bin Khothob RA berkata "Sesungguhnya para ahli ro'yu adalah musuh-musuh Sunnah. Mereka mersa tidak mampu untuk menghafal hadist dan memahami sunnah. Karena itu, mereka menentang Sunnah dengan ro'yu mereka. Maka berhati-hatilah terhadap mereka."
Dalam riwayat yang lain beliau berkata:
"Mereka berkata dengan ro'yu hingga mereka sesat dan menyesatkan." (Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dalam Sunan-nya :4/164 dan al-lalika'i dalam Syarah Ushul I'tiqod Ahli Sunnah : 1/123)
Referensi-Referensi Pemikiran
Pemikiran beraneka ragam, begitu pula sumber-sumber pengambilannya yang bisa kita sebutkan di antaranya:
PERTAMA, Dalil-dalil yang mutasyabih
Inilah referensi para pemikir pada hari ini, mereka mendapati hal-hal yang mutasyabih (samar) dari ayat-ayat atau hadist-hadist atau petkataan sebagaimana ulama atau peristiwa-peristiwa sejarah yang mereka jadikan sebagai landasan pemikiran pemikiran mereka.
KEDUA, Pandangan pribadi ahli pikir terhadap realita
Kita sering melihat orang-orang yang disebut sebagai para pemikir Islam memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menyuguhkan solusi-solusi atas problem yang muncul. hal ini disebabkan lingkungan penulis dan madrasah pemikirannya.
contoh : Pemikiran Abdul A'la al-Maududi berbeda dengan pemikiran Malik bin Nabi. Pemikiran keduanya pun berbeda dengan pemikiran Syayyid Quthb dan Muhammad al-Ghozali
KETIGA, Pengembangan terhadap Pemikiran-Pemikiran sebelumnya
Pemikiran yang ada dikembangkan lagi sesuai dengan wawasan yang mengembangkan pemikiran sebelumnya Akibatnya muncullah warna-warna pemikiran baru yang beraneka ragam
BAHAYA PEMIKIRAN
Pertama, Membentuk generasi yang bersandar pada pemikiran bukan pada ilmu
Pada awalnya umat Islam tidaklah mengenal selain ilmu yang pokok. Umat ini terikat dengan para ulama sejak zaman para sahabat bahkan semasa hidup Nabi Shallalahu Alaihi Wa Sallam. Alloh SWT berfirman:
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rosul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rosul dan ulil amri. Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Alloh kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu). (Qs.an-Nisa' 4:83)
Ahli Tafsi Mengatakan ulil amri di sini adalah para ulama, awalnya generasi itu terikat pada ulamanya hingga datangnya zaman ini ketika muncul istilah pemikiran Islami yang dimotori oleh orang-orang yang menamakannya sebagai PARA PEMIKIR ISLAM, sampai-sampai salah satu dari mereka berkata :
"Jika umat Islam ingin maju maka hendaknya ditumbuhkan kebebasan berfikir dalam agama dan bahwa kembali kepada nash-nash adalah suatu kemunduran!!! Wal'iyadzu Billah
Kedua, Menyebabkan Perpecahan
Makin banyak pemikir kamin banyak pula pemikiran dan pendapat. Tidak diragukan, hal itu akan menimbulkan banyak perpecahan dan ini adalah madhorot (bahaya) yang besar karena perpecahan adalah adzab sebagaimana sabda Nabi Shallalahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
"Jama'ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab (diriwayatkan oleh al-Qudho'i dalam Musnad Syihab: 1/43 dan Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah 2/435 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam silsilah Shohihah: 2/272)
Ilmu akan mempersatu umat sedangkan pemikiran akan memecah belah.. Ilmu akan mengurangi perselisihan
Ketiga, Menolak dan mengubah pokok-pokok agama
Banyak tokoh pemikir yang menjadikan dirinya sebagai seorang 'mujtahid" yang menghukumi pokok-pokok agama dengan pemikiran-pemikirannya. Mereka menolak hadist karena tidak sesuai dengan pikirannya. Setiap masalah yang ada mereka hukumi dengan pikirannya tanpa merujuk kepada kaidah-kaidah ilmiah yang shohih.
Kesimpulan
Perhatikanlah, apa yang berupa hadist Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Sallam maka tulislah, karena sesungguhnya aku khawatir ilmu agama tidak dipelajari lagi, dan ulama akan wafat....Sebarluaskanlah ilmu dan ajarilah orang yang tidak mengerti sehingga mengerti. Karena, ilmu itu tidak akan binasa kecuali kalau ia di biarkan tersenbunyi pada seseorang (surat yang ditulis Umar bin Abdul Aziz kepada Abu Bakar Ibnu Hazm dalam Ringkasan shohih Bukhari oleh Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Alnani RA)
Kaum muslimin hendaknya tidak menyibukkan diri dengan buku-buku yang bercorak pemikiran yang tidak mengacu pada ilmu. Bagi penuntut ilmu hendaknya janganlah membantah pemikiran dengan pemikiran tetapi bantahlah dengan ilmu dengan merujuk kepada Kitab dan Sunnah atas pemahamam salafus ummah (pendahulu umat).
Semoga Alloh selalu menunjukkan kita semua ke jalam yang lurus dan menjauhkan kita dari jalan-jalan kesesatan. wallohu A'lamu bish-showab
Sumber : Al-Furqon Edisi 09 tahun 2009
Rabu, 23 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar