Jumat, 25 Februari 2011

Tentang Turunnya Allah ke langit Dunia


Tuhan kami turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Dia berfirman : “Siapa yang berdo’a kepadaKU, niscaya Aku mengabulkannya.“Siapa yang meminta kepadaKu, niscaya Aku memberinya “ dan “Siapa yang memohon ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuninya. (Muttafaq alaihi)

Hadist Diatas adalah tentang penetapan nuzul (turunya) Allah ke langit dunia.
Sebagaian ulama berkata tentang hadist ini, ia adalah salah satu hadist yang mutawatir. Mereka sepakat bahwa hadist ini adalah satu hadist yang masyur yang menjadi buah bibir di kalangan ulama hadist.

”Rabb kita turun ke langit dunia”
Turunnya Allah adalah hakiki, karena sebagaimana telah dijelaskan bahwa setiap kata ganti yang kembali kepada Allah, maka ia dinisbatkan kepadanya secara hakiki.

Kita WAJIB beriman dan MEMBENARKAN. Kita berkata :
Rabb kita turun ke langit dunia, yaitu langit terdekat dengan bumi, dari langit-langit yang berjumlah tujuh. Seperti halnya Dia mendekat kepada mereka di separuh siang yang kedua di hari Arafah, dimana Dia membanggakan orang-orang yang wukuf di hadapan para malaikat (Lihat Shaih Muslim, Kitab al-Hajj, Bab Fadhlu al-Hajj wa al-Umrah wa Yaumi Arafah)

Setiap Malam, Mencakup seluruh malam dalam satu tahun.

Ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir
Permulaan malam adalah terbenamnya matahari tanpa ada perbedaan. Yang diperberdebatkan adalah akhir malam, apakah dengan terbit fajar atau terbit matahari? Yang zahir adalah terbitnya fajar dari segi syariat, tetapi dari segi falak (astronomi) yang zahir adalah terbitnya matahari.

Siapa saja yang membaca hadist ini bahwa yang dimaksud dengan turun di sini adalah turunnya Allah sendiri. Tidak perlu ditambah dengan ‘Dengan dzatNya” Karena selama kata kerja (turun) tersebut di sandarkan kepada Allah maka ia adalah milikNya.

Sebagian ulama berkata “ Turun dengan dzatnya”. Mereka melakukan itu karena terpaksa demi menepis pendapat ahli tahrif. Padahal semua pendapat mereka adalah bathil.

Ada yang berkata bahwa yang turun pada waktu itu adalah rahmat Allah, Subhanallah, apakah rahmat Allah hanya turun pada waktu tersebut? Padahal Allah berfirman,

“Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (An-Nahl : 53)

Walaupun sifat al-Uluw (Allah di atas sana), kami katakana Allah turun, walaupun begitu Dia tetap Mahatinggi di atas makhlukNya, karena nuzul tidak berarti bahwa langit menopangNya dan langit yang lain menaunginya, karena tidak satupun dari makhlukNya yang mengelilingiNya.

ALLAH TURUN SECARA HAKIKI dan DIA MAHATINGGI SECARA HAKIKI, TETAPI TIDAK ADA SESUATU PUN YANG SERUPA DENGAN-Nya

FAIDAH yang Dipetik dari Hadist ini:

Pertama, Menetapkan sifat al-Uluw bagi Allah dari sabda Nabi, “Turun”

Kedua, menetapkan perbuatan ikhtiariyah yang merupakan sifat fi’liyah, yaitu dari sabda Nabi (Rabb kami turun ke langit dunia)

Ketiga, Mnetapkan berfirman (berkata) bagi Allah dari sabda Nabi (Dia berfirman)

Keempat, menetapkan kemurahan bagi Allah dari sabda Nabi,

“Siapa yang berdoa kepadaKu…, Siapa yang memohon kepadaKu…, Siapa yang memohon ampun kepadaKu”

FAIDAH dari sisi perilaku:
 
Hendaknya seseorang memanfaatkan waktu sepertiga malam akhir tersebut sebaik-baiknya, dia memohon kepada Allah, berdoa kepadaNYa dan memohon ampun kepadaNya, karena Allah telah berfirman, “Siapa yang berdoa kepadaKu)… Siapa yang memohon ampun kepadaKu…) “Siapa”  disini adalah untuk mendorong, maka kita harus memanfaatkan kesempatan ini, karena umurmu yang sebenarnya adalah apa yang kamu gunakan dalam ketaatan kepada Allah. Hari-harimu akan berjalan, jika tanda kematian menghampirimu, maka seolah-olah kamu baru dilahirkan pada hari itu, sebelumnya bukan apa-apa.
 
Sumber : Buku Induk Akida ISlam - Syaikul Islam Ibnu Taimiyah di syarah oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (Pustaka Sahifa

Tidak ada komentar: