Selasa, 15 Februari 2011

Pandangan Alam adalah QADIM

Hakikat dan Makna perkataan "alam Qadim", bahwa alam telah ada bersama Allah, beriringan denganNya dan berbarengan, tidak tertunda dariNya untuk beberapa waktu seperti beriringannya akibat bagi sebab, cahaya bagi matahari, bahwa pencipta mendahului hanya seperti illat (sebab) yang mendahului ma'lul (akibat)nya, ia adalah pendahulu dengan dzat dan berurutan bukan dengan waktu

 Ibnu Taimiyah berkata ini adalah BATIL dan disepakati oleh semua orang yang berakal. 


 Makna Tauhid Rububiyah dan apa yang bertentangan dengannya

TAUHID RUBUBIYAH adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah Rabb satu-satunya yang mencipta, memberi rizki, dan Mengatur (alam semesta); bahwa Dia yang menghidupkan, yang mematikan, yang mendatangkan manfaat, yang menghadirkan mudharat, hanya Dia menjawab do'a dalam kesulitan. Dialah SWT saru-satunya yang menyandang Rububiyah terhadap makhlukNya dalam penciptaan, pengadaan, pemberian, dan pengaturan.

Ibnul Qayyim menjelaskan makna Tauhid ini,

Mengakui bahwa Allah SWT bersemayan di atas ArasyNya, mengatur sendirian perkara hamba-hambaNya, tidak ada pencipta, tidak ada pemberi rizki, tidak ada pemberi, tidak ada penolak, tidak ada yang mematikan, tidak ada yang menghidupkan, tidak ada pengatur perkara kerajaanNya lahir dan batin, selainNya.Apa yang dikehendaki pasti terjadi, apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi.Semut kecil tidak bergerak kecuali dengan izinNya, daun tidak gugur kecuali dengan ilmuNya. Tidak akan luput walaupun sekecil semut yang ada di langit dan di bumi.bahkan yang lebih besar kecuali ilmuNya meliputiNya, kodratNya mencakupnya, kehendakNya berlaku atasnya dan hikmahNya menuntutNya.

HAKEKAT PANDANGAN "ALAM ADALAH QADIM

Hakekat dan Makna perkataan "Alam adalah Qadim", bahwa alam telah ada bersama Allah, beriringan denganNya dan berbarengan, tidak tertunda dariNya untuk beberapa waktu seperti beriringan akibat bagi sebab, cahaya bagi matahari, bahwa pencipta mendahului hanya seperti illat (sebab) yang mendahului ma'lul (akibat)nya, ia adalah pendahuluan dengan dzat dan urutan bukan dengan waktu (Tahafut al-Falasifah, hal.74.Lihat pula Majmu'al-Fatawa, 8/84)

Pandangan ini berarti bahwa Allah SWT merupakan illat yang sempurna yang mengharuskan (adanya) alam, alam terlahir dariNya sebagai kemestian di mana ia tidak mungkin terpisah dariNya, karena illat (sebab) yang sempurna menuntut (terwujudnya) akibat (Ash-Shifdiyah, Ibnu Taimiyah,1/8)

Ibnu Taimiyah berkata tentang pandangan ini, "PENDAPAT ALAM adalah QADIM merupakan pendapat yang disepakati semua orang yang berakal adalah BATIL, Yang mengatakan batil tidak hanya kaum muslimin semata akan tetapi semua penganut agama Penganut semua agama dan jumhur selain mereka dari orang-orang MAJUSI dan golongan-golongan orang MUSYRIK; MUSYRIK ARAB, MUSYRIKINDIA, dan umat-umat lain. Mayoritas pakar filsafat seluruhnya mengakui bahwa alam ini adalah muhdats (diadakan), terjadi setelah sebelumnya tiada, bahwa umumnya mereka mengetahui bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu" (mMajmu'al-Fatawa, 5/565, lihat ash-Shafdiyah, 1/130)

Ibnu Taimiyah berkata tentang oraang-orang yang menganut pandangan ini, "Menurut mereka langit ini sejak QADIM (awal dahulu) adalah seperti ini, dan senantiasa terus seperti ini, bergerak dalam bentuknya sekarang sejak azali untuk selamanya.Akal pertama (dulu) atau yang aktif senantiasa sejalan dengannya menurut mereka. Mustahil langit di dahului dengan jangka waktu oleh sesuatu; tidak oleh Penciptaannya, tidak oleh ArasyNya dan tidak oleh selain itu; lebih-lebih ia didahului dengan jangka waktu oleh sesuatu; tidak oleh Penciptaannya, tidak oleh ArasyNya dan tidak oleh selain itu, lebih-lebih ia didahului oleh takdir-takdir yang telah ditetapkan baginya lima puluh ribu tahun sebelumnya. Mungkinkah apa yang diberitakan oleh para nabi sesuai dengan pandangan mereka? Bahwa maksud Nabi kita Muhammad Shallalahu alaihi Wa Sallam dengan apa yang diberitakannya adalah apa yang mereka maksud dengan filsafat yang mereka sebutkan?

Perkara ini termasuk perkara-perkara yang diketahui kebatilannya secara mendasar oleh siapa pun yang memahami kedua ucapan tersebut dan bahwa kedua ucapan tersebut bisa dipastikan saling bertentangan satu sama lain.

Kita mengetahui secara mendasar bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah orang-oarang kafir dalam agama Islam; kita mengetahui secara mendasar bahwa mereka lebih banyak kesesuaiannya dengan apa yang diberitakan oleh Rasulullah Shallalahu alaihi Wa Sallam tentang mereka dan apa yang diperintahkan beliau sebagai sikap terhadap mereka, lalu bagaimana mungkin dikatakan bahwa mereka sesuai dengan yang beliau ajarkan? Justru ini termasuk kebodohan dan kemunafikan paling besar. (As-Sab'iniyah,bughyah al-Murtad/ 307-308)

HAL-HAL yang MENYEBABKAN PANDANGAN ALAM ADALAH QADIM MEMBATALKAN IMAN :

Pertama, Pandangan "alam adalah qadim" berarti mengingkari Rabb SWT dan mengingkari Sang Khaliq Aza wa Jalla. Ibnu Taimiyah berkata, "Asal susul pendapat mereka (orang-orang filsafat) adalah bahwa planet adalah qadim azali, dan bahwa Allah tidak menciptakannya dengan kehendak dan kodratNya dalam enam hari sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi." (Majmu'al-Fatawa, 12/42 Lihat pula Majmu' al-fatawa, 17/294-295.

Ibnu Taimiyah juga berkata, "Bahkan hakikat pendapat mereka (kaum filosofi) adalah bahwa semua peristiwa terjadi tanpa ada yang mengadakannya, begitu pula bahwa ia tiada setelah ia terjadi tanpa sebab yang mengharuskan ketiadannya, menurut dasar mereka" (Majmu' al-Fatawa, 12/43)

Ibnu Taimiyah berkata di tempat ketiga, "Adapun menjadikan obyek tertentu mengiringi Khaliq secara azali dan abadi maka ia sebenarnya merupakan pengingkaran terhadap penciptaan dan perbuatanNya, karena beriringannya subyek dan obyek secara azali dan abadi adalah menyelisishi akal yang lurus."(Majmu' al-Fatawa, 18/228)

Ibnu Taimiyah juga berkata, "Pandangan orang-orang filsafat itu sebenarnya berarti baqhwa Dia (Allah) tidak menciptakan, penciptaan yang mereka tetapkan hanya mengandung pengingkaran karena berdasarkan pendapat mereka, planet senantiasa mengiringiNya secara azali dan abadi. Dalam kondisi ini ia tidak mungkin menjadi obyekNya, karena obyek haruslah mendahului perbuatannya"(Majmu' al-Fatawa, 18/229)

Para Ahli menyatakan bahwa filsof pertama yang berkata bahwa alam adalah Qadim (alam ada bersama Allah SWT) ialah Aristoteles  

Syaikhul Islam kemudian berkata, "Oleh karena itu, dalam kebanyakan buku-buku ahli filsafat kuno tidak terdapat pendapat bahwa alam itu qadim, kecuali dari orang yang mengingkari adanya. Manakalanya ada sebagian filosof seperti Ibnu Sina dan yang sepertinya mengangkat pendapat bahwa alam adalalah qadim dari sebab qadim yang pasti, maka pandangan ini menjadi pendapat lain bagi orang-orang yang berkata bahwa alam adalah qadim.  

KEDUA, Pendapat bahwa alam adalah qadim dan asal usul akibat dari sebab, adalah termasuk hinaan dan cacian paling buruk l\kepada Allah SWT, Dimana pendukung pendapat ini menetapkan bahwa alam ini lahir dari Rabb Azza wa jalla mereka telah menyatakan bahwa Allah memilih anak laki-laki dan anak-anak perempuan tanpa dasar ilmu

Firman Allah SWT : "Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong (dengan mengatakan), bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan.' tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS.Al-An'am : 100-101)

Oleh karena itu, Ibnu Taimiyah berkata, "Ucapan mereka bahwa jiwa dan akal merupakan akibat dariNya dan lahir dariNya adalah lebih berat kufurnya daripada ucapan orang musyrik Arab yang  berkata bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah" (Ash-Shafdiyah, 1/8)

Ibnu Taimiyah menyebutkan, "Klaim orang-orang filsafat bahwa asal-usul sesuatu yang dibuat adri pembuatannya adalah seperti asal-usul akibat dari illat (sebab)nya, kata Ibnu Taimiyah, "Kalim ini hanyalah sebuah pendapat yang menetapkan bahwa hal itu ada dari adanya Allah. Ia ternasuk perkara yang ditolak oleh Allah dan Allah menyucikan diriNya darinya. Allah mengatakan orang yang mengatakan demikian itu adalah dusta.

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan, 'Allah beranak' Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. apakah Rabb memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? Apakah yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan? Maka apakah kamu tidak memikirkan? Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata? Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar." (QS.Ash-Shafat: 151-157)

Dan orang yang menyatakan Allah beranak laki-laki dan Perempuan tanpa ilmu, Mahasuci Allah dan Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan. Pendapat di atas bertentangan secara mendasar dengan firman Allah yang diberitakan oleh Rasul dalam hadist shahih di mana beliau bersabda, Allah berfirman, "Ibnu Adam mencaciKu dan hal itu tidak patut baginya. Ibnu Adam mendustakanKu dan hal itu tidak patut baginya. Adapun caciannya kepadaKu, maka dia berkata, bahwa aku mengangkat anak, padahal Aku adalah Maha Esa lagi ash-Shamad (tempat bergantung segala sesuatu) tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun yang serupa denganKu. Adapun pendustanya kepadaKu maka dia berkata, bahwa Dia tidak mengembalikanku (seperti semula) sebagaimana Dia memulai (menciptakanku), padahal penciptaan pertama tidak lebih mudah daripada mengembalikannya." (Diriwayatkan olehAhmad, 2/317)

KETIGA, Pendapat bahwa alam qadim mendustakan apa yang disepakati oleh para Rasul, dan apa yang dibawa oleh kitab-kitab suci sebagaimana ia berarti menyelisihi dan menabrak fitrah yang lurus dan akal yang shahih.

Ibnu Taimiyah berkata, "Telah ditetapkan di dalam fitrah bahwa sesuatu yang merupakan obyek sebagai makhluk berarti bahwa ia ada setelah sebelumnya tiada. Oleh karena itu, penciptaan langit dan bumi yang diberitakan oleh Allah di dalam kitabNya yang dipahami oleh seluruh makhluk adalah bahwa keduanya ada setelah sebelumnya tiada

Adapun asumsi bahwa keduanya senantiasa bersamaNya walaupun keduanya adalah makhlukNya maka hal ini ditolak oleh fitrah dan tidak diucapkan kecuali oleh segelintir orang dari Dahriyin seperti Ibnu Sina dan orang-orang sepertinya.

Ibnul Qayyim berkata, "Firman Allah,

'Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, (QS.As-Sajdah : 4), berisi pembatalan terhadap pendapat orang-orang atheis yang berkata bahwa alam ini adalah qadim bahwa ia akan abadi
.
"Adalah Allah dan tidak ada sesuatu selainNya dan ArasyNya di atas air..." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari kitab Bad'i al-khalqi, 6/286, no 319)

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Hadist ini mengandung petunjuk bahwa waktu, jenis dan bentuknya adalah hadist (baru), bahwa Allah-lah yang mengadakan makhluk-makhluk ini setelah sebelumnya tidak ada, bukan karena ketidakmampuan atas itu, justru disertai kodrat" (fathul al-Bari, 6/290)

Selain Allah Azza wa Jalla ada setelah sebelumnya tiada, karena Allah adalah awal, tidak ada sesuatu sebelumNya. 

Pandangan bahwa alam adalah QADIM dimuntahkan oleh akal yang paling sederhana. Ibnu Taimiyah berkata, "Mereka berkata bahwa planet-planet itu QADIM, bahwa hal tersebut senantiasa qadim dan azali, sesuatu yang qadim dan azali tidak mungkin dari sisi manapun menjadi obyek, dan tidak menjadi obyek kecuali sesuatu yang hadits (baru). Ini adalah perkara sangat mendasar menurut jumhur orang-orang rasionalis, ia diyakini oleh para filsof dulu dan sekarang dan umat-umat lainnya. Oleh karena itu jumhur umat-umat berkata bahwa setiap yangmungkin ada dan tiada tidah lain kecuali hadits (baru)

KEEMPAT; Perkataan-perkataan Ulama Mengenai Pandangan Alam Adalah Qadim."

An-Nawawi berkata, "Al-Mutawalli berkata, 'Barangsiapa meyakini alam adalah qadim atau Pencipta adalah baru... maka dia kafir" (Raudhah ath-Thalibin, 1/64. Lihat Mughni al-Muhtaj, asy-Syarbini, 4/134)

Ibnu Hajar al-Haitami berkata, "Di antaranya adalah pendapat yang merupakan kekufuran, baik keluar dari keyakinan atau pengingkaran atau pelecehan, di antara hal tersebut adalah pendapat bahwa alam adalah qadim atau Pencipta adalah baru" ( Al-I'lam bi Qawathi' al-Islam, hal 350, lihat, hal. 351.)

Mulla Ali Qari berkata di Syarh al-Fiqh al-Akbar, hal 230 dengan diringkas., "Barangsiapa sepanjang hayatnya senantiasa menjalankan ketaatan dan ibadah tetapi dia meyakini alam adalah qadim, maka dia bukan ahli kiblat (seorang Muslim) 

Manshur al-Buhuti berkata, "Atau dia meyakini alam adalah qadim atau Pencipta Aza wa jalla adalah baru, maka dia kafir karena dia didustakan al-qur'an, as-Sunnah, dan ijma' (kasysyaf al-Qina'an Matn al-Iqna', 6/171)

Sumber : Pembatal Keislaman - Keyakinan Ucapan dan Perbuatan (DR.Abdul Aziz Bin Muhammad bin Ali Al-Abdul Lathif penerbit Penerbit Sahifa)












.







Tidak ada komentar: